Rahasia Sukses Film Garin Nugroho; Menampilkan Seni Dalam Cerita

- Rabu, 14 Desember 2022 | 15:14 WIB
Garin Nugroho Meraih Penghargaan dalam Event Internasional  ( Photo by Andreas Rentz/Getty Images)
Garin Nugroho Meraih Penghargaan dalam Event Internasional ( Photo by Andreas Rentz/Getty Images)

Jakarta , SSC

Siapa yang tak kenal Dr. (HC). Garin Nugroho Riyanto, sutradara ternama peraih 65 penghargaan luar dan dalam negeri. Pria kelahiran 6 Juni 1961, Jogjakarta, itu membeberkan rahasia cerita sukses film-filmnya dalam ajang festival di dalam dan luar negeri.

 “Film dibuat dengan menyajikan sesuatu yang berkaitan dengan tabu-tabu, masyarakat tabu dengan kemiskinan maka dibuat film dengan cerita tentang yang kaya-kaya.  Tabu mukul polisi maka buatkan film action yang memukul polisi. Tabu melakukan ciuman di depan umum, maka buatlah film yang melakukan ciuman di depan umum, tabu melakukan adegan seks maka dibuat film melakukan hubungan seks.Tujuannya agar masyarakat mendapat relaxasi dalam kehidupannya melalui tontonan,” demikian dikatakan Garin Nugroho dalam sebuah diskusi bersama Lembaga Sensor Film.

UntuK  film komersil, Lanjut  Garin,  selain menyajikan tabu-tabu, sutradara harus mampu mengelola psikologis penonton yang tidak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang disukai masyarakat.

Mengapa  film-film selalu menyajikan tema orang-orang  kaya terus, itu karena orang tidak ada yang mau miskin, itulah psikologis penonton.  Sutradara  harus mampu mengelola psikologis penonton. Seorang ibu ingin curat tentang permasalahan hidupnya, tentang kenakalan anaknya,  tentang anaknya yang bajingan, itukan tidak mungkin langsung, maka ketika itu disajikan melalui film tentunya banyak yang menyukainya.

Sementara untuk film festival lebih menyajikan seni dengan  menyampaikan sisi lain  yang mengandung nilai kebenaran dan esensial yang belum pernah muncul. Sebagai contoh ketelanjangan, dalam film komersil ketelanjangan itu adalah ketelanjangan sedangkan dalam film festival  melihat ketelanjangan manusia bukan hanya sekedar anatomi tubuh.

Seperti cerita mengenai penari, ketika penari dilakukan seorang perempuan, itu menjadi hal yang biasa dan akan menjadi luar biasa ketika dilakukan oleh laki-laki. Festival dapat melihat  sejauhmana film itu melanggar nilai-nilai yang ada di masyarakat kemudian membuka hal baru yang belum pernah ada .

Dengan konsep tabu-tabu dan penyajian seni yang membongkar pemahaman baru itu, sutradara yang sudah  membuat film pendek sejak  tahun 1981 itu pun selalu memenangkan event film festival di dalam dan luar negeri.

Selain meraih berbagai penghargaan atas karya filmnya, ia juga   meraih berbagai penghargaan tertinggi budaya atas kontribusi peran budayanya, seperti  The Chevalier dans L’ordre des Arts et Letters Pemerintah Perancis, Stella D’Italia Cavaliere oleh Pemerintah Italia, Penghargaan budaya Tertinggi Presiden Indonesia, Penghargaan Sultan Jogja, Honorary award Singapura Film Festival hingga Lifetime Achievement Award  Bangkok International film vestival.

Penghargaan tertinggi tersebut berkait beragam aktivitasnya menumbuhkan beragam institusi ruang tumbuh film,  seni  dan demokrasi , dari   Yayasan Set workshop (Sains Estetika Teknologi), Indie Movie,  Jogja  Netpac film festival, Madani Film Festival ,  Ruang Kreatif Seni Pertunjukan  hingga Visi Anak Bangsa sebagai koordinasi NGO untuk Demokrasi dan Keadilan serta mengajar di beberapa universitas. (SS)

 

 

Editor: Rini SS

Tags

Terkini

Terpopuler

X